Semut Semai[2] atau
Serangga Tomcat (
nama ilmiah:
Paederus littoralis), disebut pula
Kumbang Rove[3] (
Rove Beetle) atau dengan nama daerah
Semut Kayap[4] atau
Charlie[5] di Indonesia, adalah kelompok utama dari hewan beruas (
Arthropoda) yang termasuk dalam keluarga besar Kumbang (Staphylinidae), terutama dibedakan oleh panjang pendeknya penutup pelindung
sayap ("sayap berlapis") yang meninggalkan lebih dari setengah dari perut mereka terbuka. Dengan lebih dari 46.000 spesies dalam ribuan generasi, kelompok ini adalah keluarga kedua terbesar kumbang setelah Curculionidae (
kumbang yang sebenarnya).
Serangga ini termasuk kelompok serangga kuno, dengan
fosil serangga tomcat diketahui dari Jaman Triassic atau pemusnahan mahluk hidup di
Bumi sekitar 200 juta
tahun lalu.
Seperti bisa diduga untuk suatu keluarga kumbang yang besar, terdapat variasi besar di antara spesies ini. Ukuran berkisar antara 1 hingga 35 mm (1,5 inci), dengan sebagian besar di kisaran 2-8 mm, dan bentuk umumnya memanjang, dengan beberapa serangga tomcat yang berbentuk bulat seperti
telur. Badannya berwarna
kuning gelap di bagian atas, bawah abdomen (
perut) dan
kepala berwarna gelap. Pada antena kumbang biasanya 11 tersegmentasi dan filiform, dengan clubbing moderat dalam beberapa generasi kumbang. Biasanya, kumbang ini terlihat merangkak di kawasan sekeliling dengan menyembunyikan sayapnya dan dalam pandangan sekilas ia lebih menyerupai
semut. Apabila merasa terganggu atau terancam, maka kumbang ini akan menaikkan bagian abdomen agar ia terlihat seperti
kalajengking untuk menakut-nakuti musuhnya.
Tomcat tidak mengigit ataupun menyengat. Tomcat akan mengeluarkan cairan secaraotomatis bila bersentuhan atau bersentuhan dengan
kulit manusia secara langsung. Gawatnya, Tomcat juga akan mengeluarkan cairan racunnya ini pada benda-benda seperti
baju,
handuk, ataupun benda-benda lainnya. Pada jenis serangga tertentu, terdapat cairan yang diduga 12 kali lebih kuat dari bisa ular kobra
[6]. Cairan hemolimf atau toksin ini disebut sebagai 'aederin' (C
24H
43O
9N)
[7]. Jika sudah terkena dermatitis, segera bersihkan seprei, sapu tangan, handuk, pakaian maupun benda-benda yang disinyalir terkena racun tomcat. Bersentuhan dengan kumbang ini saat berbaring atau tidur, menghancurkannya pada badan atau mengosok dengan jari yang kotor akan menyebabkan konjungtivitas dan penyakit kulit yang parah yang dikenali sebagai 'dermatitis linearis', 'aederus (kumbang rove/ staphylinidae) dermatitis'. Kalau melihat Tomcat hinggap di
tangan, jangan dipencet atau dibunuh seperti mematikan
nyamuk ataupun serangga kecil lainnya. Sebaiknya Tomcat ditiup hingga pergi, atau diambil dengan hati-hati menggunakan alat atau tangan yang ditutupi plastik dan dibuang ke tempat yang aman. Setelah itu cuci tangan dengan sabun dan ulangi lagi. Kalau bisa semprot serangga itu dengan racun serangga dan disingkirkan tanpa harus menyentuhnya secara langsung. Sejatinya, serangga ini merupakan sahabat
petani karena merupakan predator alami bagi
wereng, salah satu hama yang menjadi musuh utama para petani. Tomcat merupakan kelompok serangga pertanian, tetapi dalam 3 sampai 4 tahun terakhir dilaporkan adanya gangguan kesehatan pada manusia yang disebabkan oleh serangga tersebut.
[4]
Tutup
jendela dan matikan
lampu jika tidak digunakan karena Tomcat menyukai tempat-tempat yang terang. Jangan memakai pakaian yang terbuka untuk menghindari sentuhan langsung dengan Tomcat. Sebaiknya jendela diberi kasa nyamuk agar Tomcat tidak bisa masuk. Hati-hati jika memiliki anak kecil yang suka bermain di dekat
tanaman dan singkirkan dari rumah apabila tanaman tersebut dalam kondisi tidak terawat karena dapat berpotensi menjadi sarang Tomcat.
[8]
Jika kulit terkena racun Serangga Tomcat segeralah mencuci bagian kulit yang terkena dengan menggunakan
sabun, jangan diberi
odol,
minyak kayu putih,
balsem, minyak
tawon maupun
bedak tabur karena hanya akan memperparah keadaan. Kulit yang terkena toksin Tomcat akan merah meradang mirip
herpes tetapi tidak sama. Pengobatannya menggunakan
salep dan
antibiotik. Biasanya hydrocortisone 1% atau salep betametasone dan antibiotik neomycin sulfat 3 x sehari atau salep Acyclovir 5%.
[9] Peradangan juga dapat diredakan dengan mengkompres bagian kulit yang terkena racun dengan
air dingin.
[sunting] Pranala luar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar